Musim Haji 2019: Sebuah Kenangan Tak Terlupakan
Pada tahun 2019, Indonesia menyelesaikan musim haji keempat yang terakhir bagi saya sebagai pelayan jamaah haji Indonesia. Musim haji itu menjadi salah satu momen yang bersejarah, di mana banyak hal yang terjadi, baik secara emosional maupun diplomatik. Ini adalah tahun di mana kita semua merasakan dampak dari kepergian Mbah Maemoen Zubeir, sosok yang sangat dicintai dan dihormati. Satu hari sebelum beliau wafat, beliau memberikan wejangan yang sangat mengharukan kepada keluarga kami. Ini menyisakan kesedihan dan sekaligus keharuan bagi setiap jamaah haji yang mengenalnya.
Dari sudut pandang pelayanan, tahun tersebut menjadi sangat unik dan penuh tantangan. Saya bertanggung jawab untuk mengirimkan dua surat penting kepada Raja Salman bin Abdulaziz dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) setelah bertemu mereka di Istana Mina. Beberapa mungkin bertanya-tanya, apakah seorang Duta Besar diperbolehkan untuk berkomunikasi langsung dengan Raja dan Putra Mahkota? Biasanya, komunikasi dari seorang Duta Besar terbatas pada Menteri Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi. Namun, dalam situasi ini, saya mendapatkan izin dari Kantor Raja untuk menulis kedua surat tersebut. Saya merasa bahwa ini adalah sebuah “keajaiban diplomatik” yang terjadi pada saya sebagai perwakilan Indonesia.
Pengalaman Menulis Surat kepada Pemimpin Arab Saudi
Di Arab Saudi, tradisi diplomatik sangat kental. Sejak tahun 1955 hingga 2015, tidak ada arsip yang menunjukkan seorang Duta Besar mengirim surat langsung kepada Raja-Raja Saudi. Namun, saya merasa diizinkan untuk melakukan hal ini karena pentingnya isu yang saya bawa. Dalam surat-surat tersebut, saya mengekspresikan rasa terima kasih atas segala kemudahan yang diberikan kepada jamaah haji Indonesia, yang pada waktu itu total kuotanya mencapai 231.000 orang.
Setelah pengiriman surat-surat tersebut, setiap surat yang saya terima sebagai balasan selalu mengandung sentuhan personal. Kertas balasan yang digunakan adalah kertas berkualitas tinggi yang ditandatangani dengan tulisan yang unik dan istimewa, menunjukkan perhatian dan pengakuan terhadap upaya kami.
Kuota Haji: Pentingnya Memperluas Kesempatan Beribadah
Banyak yang bertanya, bagaimana Indonesia bisa mendapatkan kuota haji sebanyak 231.000? Ini adalah hasil dari kerja keras dan diplomasi yang terus-menerus. Kuota tersebut terdiri dari 214.000 untuk haji reguler dan 17.000 untuk haji plus, dengan tambahan 4.200 untuk visa mujamalah yang populer disebut furada. Jika ditotal, angka resmi untuk visa haji tersebut mencapai 235.200 jamaah.
Tidak hanya itu, kami juga melihat adanya jamaah haji yang berangkat dengan visa ziarah dan amal. Jumlah ini diperkirakan mencapai sekitar 7.500 jamaah. Secara keseluruhan, total jamaah haji Indonesia di tahun tersebut bisa mencapai 242.000. Angka ini luar biasa mengingat antrian yang panjang dan tantangan yang dihadapi setiap tahun.
Saya mengingat momen saat kami menerapkan undang-undang haji yang baru, UU No: 8 tahun 2019, yang masih sangat baru pada saat itu. Dengan ketentuan komposisi 92% untuk haji reguler dan 8% untuk haji khusus, kami mampu menjalankan ibadah haji dengan lebih teratur dan terprogram.
Permohonan Tambahan Kuota Haji
Satu hal yang menjadi fokus utama saya adalah pengajuan permohonan kepada Raja Salman untuk menambah kuota haji menjadi 250.000 untuk tahun berikutnya. Dalam surat tersebut, saya menyampaikan harapan Presiden RI Joko Widodo, yang menginginkan prioritas untuk jamaah lanjut usia dan mereka yang telah menunggu dalam antrian selama bertahun-tahun.
Penting untuk dicatat bahwa pengajuan kuota tidak bisa dilakukan sembarangan. Prosesnya sangat kompleks dan harus melalui berbagai tingkat pemerintahan, dari Diwan Malaki (Kantor Raja) hingga ke Kementerian Haji Royal Saudi Arabia. Kami percaya bahwa tambahan kuota haji akan sangat berharga bagi calon jamaah haji Indonesia.
Respon Positif dari Pemimpin Arab Saudi
Raja Salman dikenal sangat memperhatikan jamaah haji Indonesia. Dalam pandangan Saudi, jamaah haji dari Indonesia adalah yang paling teratur dan tertib. Ini juga tercermin dalam tindakan beliau mengutus Putranya, Pangeran Faisal bin Salman, untuk secara langsung menyambut kedatangan jamaah haji Indonesia. Ini adalah penghormatan dan perhatian yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Namun, setelah musim haji 2019, terjadi penurunan kuota haji Indonesia pada musim haji berikutnya menjadi 221.000. Banyak yang bertanya, ke mana hilangnya 10.000 kuota tersebut? Meski saya sudah purna tugas pada tahun 2021, spekulasi dan analisis tentang hilangnya kuota tersebut menjadi topik perbincangan hangat antara banyak pihak.
Isu Penyidikan oleh KPK
Belakangan ini, ada banyak spekulasi terkait penyidikan yang dilakukan oleh KPK tentang penyelenggaraan ibadah haji. Isu ini bukanlah hal baru, tetapi hasil dari upaya yang telah dilakukan selama bertahun-tahun. KPK telah lama memperhatikan dugaan penyimpangan dalam penyelenggaraan ibadah haji, dan pernah merencanakan kerja sama dengan lembaga anti-korupsi di Arab Saudi.
Salah satu fokus utama KPK adalah menangani mafia haji yang terlibat dalam praktik kecurangan, seperti pemondokan dan transportasi haji. Dengan menggunakan teknologi canggih, KPK berusaha mengungkap berbagai jaringan yang berpotensi merugikan orang banyak.
Kesimpulan
Musim haji 2019 adalah tahun yang penuh makna dan pengalaman yang tak terlupakan bagi saya selaku pelayan jamaah haji Indonesia. Dari interaksi dengan para pemimpin di Arab Saudi hingga tantangan dalam pengelolaan kuota, setiap aspek memberikan pelajaran berharga. Pengalaman ini juga menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dan diplomasi dalam dunia internasional.
Apakah Anda siap untuk menjalani pengalaman haji yang tidak terlupakan? Kunjungi Haji Cepat untuk mempercepat persiapan Anda menuju perjalanan spiritual yang akan mengubah hidup Anda.
Siap untuk Haji yang Tidak Terlupakan?
[https://hajicepat.com](https://hajicepat.com)